Tangerangsatu.com – Danantara Indonesia, sebagai entitas super holding baru, memiliki perbedaan mendasar dibandingkan Sovereign Wealth Fund (SWF) di negara-negara maju seperti Norwegia, Uni Emirat Arab (UEA), atau Singapura. Untuk mencapai kesuksesan, Danantara perlu menerapkan strategi ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) berdasarkan praktik terbaik SWF luar negeri.
1. Sumber Aset
Danantara memiliki aset sekitar Rp 14.000 triliun, yang terdiri dari aset tetap, modal kerja, dana pihak ketiga dari bank BUMN, dan aset tidak berwujud—semuanya bersifat tidak likuid. Hanya sekitar Rp 26,7 triliun yang merupakan aset likuid dari setoran dividen BUMN (2020–2024).
Sebaliknya, SWF seperti milik Norwegia atau Abu Dhabi menggunakan surplus migas dan cadangan devisa sebagai modal berbentuk uang tunai dan langsung bisa diinvestasikan.
2. Tujuan Investasi
Danantara fokus pada infrastruktur strategis domestik (jalan tol, pelabuhan, energi), sedangkan SWF luar negeri berinvestasi secara global demi diversifikasi dan perlindungan kekayaan jangka panjang (saham internasional, real estate, startup global).
3. Struktur dan Independensi
Struktur Danantara masih semi-independen dengan dominasi pemerintah. Pimpinan merangkap jabatan sebagai regulator dan operator, yang berpotensi melanggar prinsip tata kelola.
Berbeda dengan SWF seperti Temasek (Singapura) yang sangat independen, profesional, dan transparan.
4. Transparansi dan Akuntabilitas
SWF luar negeri memiliki rekam jejak transparansi tinggi dengan laporan keuangan dan portofolio yang dipublikasikan. Sementara Danantara sebagai entitas baru masih perlu membuktikan komitmen pada prinsip good corporate governance.
1. Transparansi Total
Publikasikan laporan keuangan dan model bisnis secara rutin. Jelaskan aliran dana dan dampak proyek terhadap lingkungan dan sosial.
2. Validasi Pihak Ketiga
Libatkan auditor independen dan lembaga sertifikasi seperti ISO atau CDP, terutama untuk klaim dampak ESG.
3. Bukti Dampak Nyata
Tampilkan hasil konkret: pengurangan emisi COâ‚‚, pemulihan ekosistem, atau dampak sosial yang terukur dan tervalidasi.
4. Kolaborasi dengan Komunitas
Libatkan universitas, NGO, dan masyarakat lokal dalam proyek konservasi, tambang, atau infrastruktur untuk memperkuat legitimasi.
5. Komunikasi Otentik dan Terbuka
Gunakan media sosial untuk merespons kritik dan membangun dialog publik secara jujur, bukan hanya pencitraan.
Jika ingin sukses, Danantara harus belajar dari yang sudah terbukti, Gunakan pendekatan ATM Amati, Tiru, dan Modifikasi terhadap model SWF internasional, bukan trial and error dalam mengelola dana triliunan rupiah milik negara.
Jakarta, 18 April 2025
Ditulis oleh,
YUS DHARMAN,SH.,MM.,M.Kn
ADVOKAT/KETUA DEWAS FAPRI ( Forum Advokat & Pengacara Republik Indonesia.
Tidak ada komentar